Pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan ditunggu tunggu oleh setiap insan, kadangkala orang tidak sabar menunggu kapan saat itu tiba. Ada yang memotivasi bahkan ada juga yang mencemooh. Mereka masih belum sadar kalo jodoh itu Tuhan yang menentukan manusia hanya bisa berikhtiar. Kalo boleh memilih semua orang pasti ingin cepat cepat menemukan pasangan hidupnya dalam artian soulmatenya alias belahan jiwa he he he.
Ini juga yang aku rasakan ketika usiaku sudah menginjak umur 23-an, sudah lulus kuliah tapi belum dapat kerja. bayak orang yang mencibir " kapan nikah nduk, mau nunggu opo maneh" atau ada juga yang ngomong " ga laku2 mangkanya jangan terlalu banyak pilihan", " buat apa sekolah tinggi2 nanti juga ke dapur" atau yang lebih parah " jangan dekat2 si A nanti ketularan jadi perawan tua" wuih sungguh kejam kalimat itu. tapi alhamdulillah kata kata itu tidak dimasukkan kehati biar kita ga stress mikir "kapan menikah?".
Memang menginjak diatas angka 25 tahun semua orang tua jadi khawatir mengenai nasib anaknya,merasa anaknya tidak laku2 padahal kalo sudah jodohnya pasti akan lurus seperti firman Allah :
" Dan diantara bukti bukti kebesaran Allah diciptakan-Nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tentram disampingnya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa cinta dan kasih sayang.Sesungguhnya yang demikian itu menjadi tanda tanda kebesaran-Nya bagi orang orang yang berfikir (Qs. Ar-Rum : 21)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah sudah memberikan pasangan hidup bagi setiap ummatnya, Allah mengetahui mana yang terbaik bagi hambanya asal kita bersabar dan bertawakal kepadanya.
Saat yang membahagiakan itu akhirnya tiba, ketika ikrar ijab qobul itu diucapkan, betapa indahnya dan tidak dapat diungkapkan dengan kata kata. Tepatnya tanggal 23 mei 2009 aku resmi menjadi seorang Nyonya. Status yang cukup berat karena beban dan tanggung jawab kita jadi bertambah. yang tadinya lajang dan egois sekarang menjadi seorang istri yang harus bisa menjaga suami,anak dan keluarga.
Perubahan status pada awalnya cukup menjadi beban, bagaimana tidak untuk menyatukan sebuah karakter dan memahami seseorang membutuhkan waktu, karenanya dibutuhkan keikhlasan untuk saling menerima kekurangan masing masing dan saling mengingatkan ( ibu sarno).
Aku memang bukan istri yang baik tapi aku mencoba untuk menjadi yang terbaik, walaupun usia pernikahan kami baru seumur jagung tapi harapan kami semoga pernikahan ini barokah dan bisa mencapai keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah. amin.....
Ini juga yang aku rasakan ketika usiaku sudah menginjak umur 23-an, sudah lulus kuliah tapi belum dapat kerja. bayak orang yang mencibir " kapan nikah nduk, mau nunggu opo maneh" atau ada juga yang ngomong " ga laku2 mangkanya jangan terlalu banyak pilihan", " buat apa sekolah tinggi2 nanti juga ke dapur" atau yang lebih parah " jangan dekat2 si A nanti ketularan jadi perawan tua" wuih sungguh kejam kalimat itu. tapi alhamdulillah kata kata itu tidak dimasukkan kehati biar kita ga stress mikir "kapan menikah?".
Memang menginjak diatas angka 25 tahun semua orang tua jadi khawatir mengenai nasib anaknya,merasa anaknya tidak laku2 padahal kalo sudah jodohnya pasti akan lurus seperti firman Allah :
" Dan diantara bukti bukti kebesaran Allah diciptakan-Nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tentram disampingnya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa cinta dan kasih sayang.Sesungguhnya yang demikian itu menjadi tanda tanda kebesaran-Nya bagi orang orang yang berfikir (Qs. Ar-Rum : 21)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah sudah memberikan pasangan hidup bagi setiap ummatnya, Allah mengetahui mana yang terbaik bagi hambanya asal kita bersabar dan bertawakal kepadanya.
Saat yang membahagiakan itu akhirnya tiba, ketika ikrar ijab qobul itu diucapkan, betapa indahnya dan tidak dapat diungkapkan dengan kata kata. Tepatnya tanggal 23 mei 2009 aku resmi menjadi seorang Nyonya. Status yang cukup berat karena beban dan tanggung jawab kita jadi bertambah. yang tadinya lajang dan egois sekarang menjadi seorang istri yang harus bisa menjaga suami,anak dan keluarga.
Perubahan status pada awalnya cukup menjadi beban, bagaimana tidak untuk menyatukan sebuah karakter dan memahami seseorang membutuhkan waktu, karenanya dibutuhkan keikhlasan untuk saling menerima kekurangan masing masing dan saling mengingatkan ( ibu sarno).
Aku memang bukan istri yang baik tapi aku mencoba untuk menjadi yang terbaik, walaupun usia pernikahan kami baru seumur jagung tapi harapan kami semoga pernikahan ini barokah dan bisa mencapai keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah. amin.....
Label: Esai
1 Comment:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
amin .............