Ijinkan Aku Mengenangnya



Aku bukan seorang cerpenis atau penulis novel yang dengan mudahnya merangkai kata kata indah, aku hanya ingin menggoreskan sebait gundah dihatiku biar lepas dan tak menjadi beban. I don't care orang bilang apa, seorang yang sentimentil atau seorang yang cengeng. Biarkan aku mengenangnya walau hanya sesaat saja....

Vonis Dokter
Masih kuingat bulan itu, bulan dimana " Takdir itu nyata", dimana Tuhan akan mengambil siapa saja yang dikehendakinya, dan yang mana itu adalah pukulan terberat bagi kami sekeluarga. Dokter telah memvonis ayahku mengidap kanker tenggorokan stadium akhir dan yang membuat kami terhenyak usianya kurang dari 6 bulan.

Vonis dokter menyebabkan kami semua terdiam dan tidak percaya karena Jodoh, Rizki, umur hanya Allah yang tau. usia bukan dokter yang menentukan, dengan melihat kondisi ayahqu yang nampak sehat membuatku ragu dan tidak mempercayai vonis dokter tersebut. bahkan ayahqu masih bisa menyantap makanan kesukaanya gule dan sup buntut. Tapi itu adalah kali terakhir ayahku bisa makan dengan enak sebelum Tuhan mengambil salah satu kenikmatan dalam tubuhnya.

Beberapa kali kami membawa ayah ke dokter lain demi memastikan kondisi ayahku, malah ada seorang dokter yang tidak menemukan penyakit didalam diri ayahku dan beliau hanya menyarankan untuk istirahat. Tidak putus asa kami membawa ayahku berobat alternatif mulai dari pengobatan secara tradisional, herbal, pengobatan dari cina bahkan akupunturpun dilakukan namun tidak membuahkan hasil malah kondisinya tambah parah karena banyaknya obat yang harus masuk ketubuh ayahku. akhirnya kami pasrah, tepatnya september 2007 ayah melakukan operasi untuk pembuatan saluran makan di perut.Tenggorakan ayahku sudah tidak bisa berfungsi lagi bahkan pernafasannya pun mulai terganggu dan sering sesak napas. Beberapa kali ayahku masuk rumah sakit namun dokter hanya memberikan infuse dan penyedotan dahak. Hanya itu tindakan yang bisa dilakukan dokter karena itu satu satunya yang bisa memperpanjang usianya.

Massaallah mengapa Tuhan memberi cobaan yang begitu berat pada ayahku, beliau dengan sabar menahan sakitnya, masih kuingat kata katanya " kalo kita sabar menghadapi cobaan Allah inssaallah Allah akan memudahkan jalan bagi manusia", aku masih bingung dengan kata kata ayahku, baru aku sadari setelah kepergiannya. Allah mengambil nyawanya dengan sangat halus bahkan karena halusnya tidak ada yang tau kapan nazaknya. subkhanallah...maha suci Allah dengan segala firmanya.

Dengan kesabaran kami merawat dan memberikan motivasi kepada ayahku, walau hati kami perih, menyiapkan hati untuk ikhlas betapa sulitnya kadangkala aku begitu putus asa mengapa Tuhan tidak mengambil saja nyawaku agar aku bisa menggantikannya dirumah sakit ini karena beliau masih dibutuhkan ummat.

Takmir dan Teladan bagi Masyarakat
Ayahku adalah seorang organisatoris, beliau merupakan salah satu tokoh NU di kampung kami dan aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan baik di masjid, mushollah, organisasi PKB maupun jamaah toriqot.

Memang sejak muda ayahku sudah senang dengan organisasi dan jejak beliau telah diikuti oleh anak anaknya termasuk aku. Ketika sakitpun beliau masih menjadi imam di bulan ramadhan serta masih mengurusi zakat fitra dan mal. Bahkan sebelum kepergianya beliau juga sempat memanggil pengurus mushollah guna memberikan amanah terakhirnya.

Sosok Itupun Pergi MenghadapNya
Akhirnya kesabarannyapun usai sudah, Tuhan telah mengambilnya dengan sangat cepat. Sekarang tidak ada lagi rasa sakit, sepi dan hampa sepeninggalnya. Hanya pusara yang masih basah yang tersisa. Kini tidak ada lagi wajah kebingungan kami ketika ayah muntah darah, tidak ada lagi yang memanggil bila sewaktu waktu kondisi ayah kritis. yang ada hanya senyuman ikhlas dan doa semoga ayah mendapat tempat disisinya.

Selamat jalan ayah semoga Allah akan selalu menjagamu, kami akan selalu mengenangmu, mengenang senyummu dan kesabaranmu.

0 Comments:

Post a Comment